Senin, Juni 06, 2011

SALAH SATU KISAH PERJALANAN MENAKJUBKAN DANIEL & YOHANA

PENGALAMAN di penghujung tahun 2008 masih membekas. Kisah yang tak mungkin aku lupakan menyadarkan bahwa penyerahan diri kepada Tuhan sebelum memulai pekerjaan (apapun bentuknya) sangat penting dikerjakan. Penilaian kepada orang lain tanpa memandang fisik, hal-hal yang tampak di luar, melainkan kesungguhan hati dalam melakukan berbagai pekerjaan menjadi bagian penting dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat.
Jumat, 26 Desember 2009 kisah itu terjadi.


Bulan Desember merupakan bulan yang sangat ditunggu kedatangannya. Pada bulan tersebut kita merayakan Natal, hari kelahiran Yesus Kristus. Berbagai kesibukan dilakukan. Mulai dari menghias ruang menggunakan replika pohon cemara lengkap dengan kerlap-kerlip lampu serta miniatur cantik malaikat, bola-bola warna, kerlip kertas mengkilap bahkan sebuah drama pun menjadi bagian tak terpisahkan menyambut hingar bingar Natal. Kebetulan, aku bersama kelompok teater GKJ Jatimulyo bergabung dengan kelompok Kambium Gloria Graha Yogyakarta, diminta kesediaanya menampilkan potret sebuah kehidupan kesenjangan masyarakat pasar tradisional dan pasar modern. GKJ Mertoyudan, Magelang, menjadi ajang bagi kami mengekspresikan diri.

Usai penampilan, hari sudah gelap. Aku, Daniel Swastika Aditya Aji (Daniel) musti mengantar kekasihku, Yohana Yekti Leksanani (Nana) mudik ke kampung halamannya, Kudus. Setelah membersihkan diri, kami berkemas, berpamintan lantas menyalakan mesin sepeda motor dan melaju. Air hujan membasahi kota Magelang. Rintik-rintiknya masih menghujam bumi. Kami musti hati-hati. Ban selip lantaran aspal yang licin sangat mungkin terjadi. Keselamatan hingga tiba di Kudus sangat didamba keluarga kekasihku. Namun, kami mengalami kesialan. Ban sepeda motor kami kempes, bocor.

Susah. Bekal yang kami bawa, cuaca yang tidak bersahabat, hari yang kian malam, membuat kami kerepotan menemukan tukang tambal ban. Kami berjalan di rintik hujan, menemukan tukang tambal ban. Sepanjang perjalanan, kami teringat satu hal yang terlupakan sebelum kami mengerjakan berbagai hal. Doa. Kami lupa untuk berdoa.

“Ini pasti peringatan Tuhan lantaran kita lupa berdoa sebelum berangkat.”

Kami mengambil sikap, berdoa. Mohon ampun atas kelalaian kami. Menemukan tukang tambal ban dan menambal ban yang bocor. Lega rasanya. Sepeda motor kembali melaju. Kami meneruskan perjalanan. Kota Semarang adalah tujuan kami sebelum ke Kudus. Rumah kerabat menjadi jujugan yang tidak boleh dilewatkan. Njajal pakaian manten merupakan janji yang telah kami sepakati. Kami memang berencana melangsungkan pernikahan. Berbagai persiapan musti kami lakukan, termasuk njajal pakaian manten.

Usai melunasi janji, kami melanjutkan perjalanan ke Kudus. Tiba di jalan Demak, waktu menunjukkan pukul 23.00 wib. Awan masih gelap. Rintik hujan terus menimpa bumi. Jalanan lengang membuat kami memacu laju kendaraan. Sebuah bus yang mengangkut serombongan kami lewati. Kecepatan laju sepeda motor membuat kami berada di depan bus yang juga memacu kecepatannya. Tiba-tiba, sebuah kejadian yang tidak terduga kami alami.

Aku terkejut. Kekasihku panik. Sepeda motor kami melaju tidak terkendali, ngepot ke kanan dan ke kiri. Perasaan kami tidak karuan mengingat bus yang ada di belakang kami melaju dengan kecepatan tinggi. Senam jantung yang kami alami akhirnya berhenti. Kepot kanan kepot kiri sepeda motor kami akhirnya berhenti. Bus di belakang kami melintas. Lega rasanya tidak terjadi hal yang dapat membuat kami celaka.

Kami tertegun setelah meneliti keadaan sepeda motor. Ban belakang sepeda motor kami kembali kempes. Kali ini pasti lebih parah dibanding kejadian yang kami alami saat awal kami berangkat. Laju sepeda motor yang cepat, beban berat yang kami bawa membuat keadaan ban dalam tidak karuan. Menemukan tukang tambal ban kembali kami lakukan.

Tapi, jalan Demak, tengah malam, cuaca dingin, hujan turun, sepi, membuat nyali kami ciut. Berbagai pikiran buruk menghantui. Pencoleng datang, merampas harta yang kami miliki, mendapat kesakitan, membayang di benak. Aku keder. Kekasihku takut. Bayang-gayang terlambat bertemu dengan keluarga di Kudus semakin menambah kalut pikiran. Sebuah sepeda motor dari belakang kami tampak mendekat dan berhenti. Pengendara itu melihat ke arah kami lantas berlalu.

Kembali kami nuntun sepeda motor yang kempes ban belakangnya, melihat ke arah pengendara sepeda motor yang tadi melongok kami. Hingga sebuah sepeda motor yang lain berhenti lantas sang pengendara membuka pembicaraan
“Kenapa sepeda motornya, mas?” tanyanya.
“Bannya kempes. Kami butuh tukang tambal ban,” jawabku.
“Oke mas. Saya jalan dulu ya. Nanti, kalau melihat tukang tambal ban, saya suruh menunggu,” katanya sambil berlalu.

Ah, kelegaan yang sempat aku rasakan, harapan agar sang pengendara mencarikan tukang tambal ban sirna. Dia hanya memberikan janji yang belum pasti bakal terwujud. Kami melanjutkan perjalanan, nuntun sepeda motor dengan sisa tenaga dan lelah yang bergelayut. Hingga sebuah drama kehidupan kembali kami alami.

Di seberang jalan kami melintas, tampak beberapa orang yang tengah asyik mengejakan sesuatu di sebuah pos ronda. Menyaksikan gelagat yang dilakukan, pastilah orang-orang itu sedang pesta minuman keras. Suara yang keras, gelak tawa tak beraturan membuatku yakin atas kelakuan mereka.
“Aku wedi mas. Gek-gek….,” kata Nana.

Aku menangkap rona takut di wajah kekasihku saat seorang dari kumpulan itu mendekat. Penuh sabar aku menenangkannya agar tidak berprasangka buruk dan menanti segala yang hendak pemuda itu lakukan. Penuh was-was kami menunggu.
“Ban-e bocor mas?” tanyanya.
“Iya e mas. Padahal kudu nang Kudus," jawabku. “Ngerti tukang tambal ban apa ora mas?” tanyaku.
“Lha nanging kudu nuntun rada adoh lho. Gelem ora mas. Nang ngomahku,” sahut pemuda itu.

Aku mengiyakan, senang pemuda itu mau menolong. Uap alkohol tercium dari mulutnya yang nerocos mewawancarai kami. Aku tidak peduli dengan kelakuannya, menenggak alkohol. Bagiku, dia adalah malaikat penolong. Meringankan beban yang aku tanggung.

Setelah melewati beberapa kelokan, sampailah kami di rumah pemuda itu. Pemuda itu membangunkan emaknya dengan suara lantang. Menyuruh emaknya segera membukakan pintu tanpa menghiraukan pertanyaan yang beliau lontarkan. Pemuda itu lantas mengambil peralatan tambal ban dan membongkar ban belakang sepeda motor kami.
“Mas e iki butuh ditulung. Ban motor e bocor. Wis tho! Rasah takon-takon,” kata pemuda itu menghentikan emaknya yang bertanya kepada anaknya.

Di sela-sela menunggu, segelas air minum hangat disuguhkan guna mengusir dingin yang menyergap. Sukacita melingkupi kami. Mendapat pertolongan fisik dan batin. Beberapa kardus makanan yang diberikan di GKJ Mertoyudan, Magelang saat berpamitan aku serahkan kepada pemuda itu. Kami pun ingin berbagi sukacita dengan orang lain. Meski tidak sebanding dengan pertolongan yang kami terima, aku yakin pemuda dan keluarganya sangat senang menerima pemberian kami.

Sehari di penghujung tahun 2008, selama perjalanan dari Yogyakarta ke Kudus, Tuhan mengajarkan kepada kami untuk berserah kepadanya sebelum beraktivitas. Tidak berprasangka buruk kepada orang lain dan mau berbagi agar sukacita senatiasa dirasakan. Terimakasih Tuhan. (KOKO)

*) Warga GKJ Jatimulyo, Wilayah 10

Sumber: Buletin Sampan -kesaksian- 18 November 2009

Selasa, Mei 10, 2011

dilematis paradogsal


Ora tega rasane..
ora tekan atiku nek tak peksake tetep pentas ning ora jelas arahe..garing critane rumangsaku..
Seni ki maen ati. nek ora nganggo ati, ora seni jenenge. iki konsekuene nek ra tau latihan dasar. latihan nek mung arep pentas. mung arep golek biji. golek rupa. golek eksis.
Aseem..anak polah bapa kepradah.

KUDU PENTAS !!!

Piye jal??
wektu sing mepet. ketemu nggo latian yo wis mepet. lha wong kerep prei. durung isih kudu gawe crita anyar. njaluk'e sing laen dari pada yang laen. nek iso?! (hehe..karo sajak gampang kae..)
yowis, intine iso ra iso kudu pentas.
.....
..........kocap kacarita..singkat cerita......

Naskah wis siyap. anyar. up to date rumangsaku. cocok karo kahanane. mugo-mugo iso maen ati. nyoba ngelingke sing ora becik. wis mantep aku. pentas ora mung waton pentas. iso ngajari bocah kritis karo kahanan sing ono. ning yo ugo nggawa pesen sing apik rumangsaku. wong mung mbaleni ngendikane Gusti Yesus. Gusti sing dadi Junjunganku lan Junjungan sing manggon ono kene. jarene..

Ning ojo dadi atimu caaahhh...naskahe ora di se tu jo nii.. Mumet ra kowe ?! Kamangka wektu mung gari sak nyuk an. hadeh...Matih aku !! Guaanndrriikk..putune ki ageng selo !!

Bumi gonjang ganjing langit kelap kelap..

(banting setir boss..hihihihhi... orang teater tidak boleh patah semangat lho boss..harus kreatip..hihihi...)

Nyoba peruntungan ilmu improvisasi sing dipeksake.. tiba nggonne, cunthel !!!
Hampa kurasa...semoga demikian juga yang kau rasa anak-anakku..
Satu hati..(kita semestinya)

Dengan mencoba berbagai gaya, dan teknik.. (salah satunya terbentur sewa clip on mahal)..ok, model mini kata (malah Ra cetho) ..tetap cuntheL !!

WIS KITA BERANGKAT PENTAS SAJA !!!

TRUE STORY kok koyone malah Ye is !

Wis , mugi Gusti mberkahi Amin.

Senin, Mei 09, 2011

"Hai sayang..."












ini adalah istriku.
Yohana, namanya.

Galak tapi menggemaskan.
Sedikit malas tapi sesungguhnya pekerja keras.
Sederhana tapi bisa mempesona, bagi saya tentunya.
Keras pribadinya tapi lembut hatinya.

Yohana...hmm..
tidak pintar, tidak pula pandai bergaul..
tapi yang membuatnya istimewa, dia jujur. Sangat jujur.
Sangat takut dengan Tuhan.

Ya..itu kamu sayang, yang membuat aku jatuh hati padamu.
Aku mencintaimu.

*terima kasih Tuhan, istriku istimewa*

Minggu, Mei 08, 2011

Ampuni kami


Kenapa sulit sekali menghilangkan perasaan was-was ini??

Aku sebenarnya sangat benci dengan perasaan-perasaan ini, seperti menggerogoti semangatku saja rasanya. Memang benar adanya, musuh terberat dalam hidup kita adalah pikiran-pikiran kita sendiri yang bernada minor, yang dengan berjalannya waktu seakan-akan berubah menjadi mayor, dan itu sangat menakutkan. Mengerikan.

Setipis inikah imanku, sehingga sudah tidak lagi terhibur dengan ..Serahkanlah segala kekuatiranMu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu... hadeh, ampuni aku Tuhan.

Tuhan ajak aku untuk lebih dekat denganMu, biar aku juga bisa merasakan damainya dalam pelukanMu. Ampunkan aku Tuhan, aku yang sungguh hina ini. Aku yang sudah sering tidak mengindahkan ajaran-ajaranMu ini. Bantu aku Tuhan untuk tetap TEGAR BERSAMAMU. Seringkali aku tahu perbuatanku tidak benar dimataMu, tapi masih saja aku lakukan. Ampunkan aku Tuhan. Betapa bodohnya aku. Betapa munafiknya aku. Hampa sudah hati ini rasanya Tuhan, tanpaMu yang tidak pernah aku ajak untuk bersamaku. Ampunkan kami Tuhan. Mata manusia bisa aku kelabui tapi aku percaya mataMu, tidak bisa Tuhan. Ampunkan kami.

Harus bagaimana aku Tuhan? Aku takut dengan cambukMu Tuhan. Tapi aku ingin dicambuk biar aku kapok, jera, dan tidak bodoh lagi Tuhan. Aku tidak tega dengan anak dan istriku, juga dengan keluargaku. Aku ingin kami semua DAMAI bersamaMu Tuhan. Tidak ada kekuatiran semu. Aku ingin benar-benar bisa berserah padaMu Tuhan. Bekerja dengan baik, berserah dengan tulus, sesuai kehendakMu Tuhan. Ampuni kami Tuhan. Ampuni kami. Amin.

..aku malu dihadapanMu Tuhan....

Senin, November 29, 2010

Anakku...

Anakku kuberi nama Shalomita Abila Yoel, yang artinya adalah putri cantik buah hati yohana-daniel, yang membawa damai sejahtera dari Allah.

Putri cantikku lahir melalui operasi caesar akhirnya, setelah melalui perjuangan yang sangat boombastis, fantastis, dan dramatis yang dilakoni oleh istriku tersayang, Yohana Yekti Leksanani pada hari Sabtu Pahing, tanggal 11 September 2010, yang saat itu bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Istriku dan putriku kala itu menjalani proses operasi caesar di Rumah Sakit Happyland Yogyakarta pad pukul 15.55 wib, setelah sebelumnya berusaha menjalani proses persalinan normal selama kurang lebih 8 jam di Bidan Ida Ayu Kt Wirahadi yang berlokasi didaerah Mranggen Tegal, Sinduadi ( belakang kompleks Karitas ).

Masih terbayang jelas di ingatanku semua rentetan kejadian waktu itu, suara sirine ambulans disertai rintihan kesakitan istriku yang masih terngiang-ngiang di setiap heningku. Huuff..sirna sudah semua itu ketika aku pertama kali mendengar suara tangis anakku. Aku pandangi setiap gerak 3,3 kg/ 50 cm tubuhnya dari balik kaca yang memisahkan kami saat itu, seperti tidak rela rasanya ketika harus melihat suster yang lebih dahulu menggendongnya daripada aku yang menurutku lebih berhak karena aku bapaknya..hehe...

Oalah..anakku..anakku..sekarang kamu tidur pulas setiap kali mendengar alunan gendhing-gendhing jawa yang aku (bapakmu) sengaja perdengarkan untukmu...

Minggu, Mei 16, 2010

MB = Melawan Birahi


bul gombal gambul..bul gombal gambul..bullll..

jebul aku koyo ngene..
ternyata aku seperti ini..

aku bertahan karena cintaku kepadamu...
aku bertahan, aku akan tetap pada pendirianku..sekeras kau coba tuk membunuh cintaku..
yang aku tahu..kau ada untukku..untukku..bukan untuk merampas cintaku..



Jumat, Maret 20, 2009

Lama Tak Menulis




Jruuueeennggg....

Asyiikk....aku suka moment-moment seperti photo ini misalnya..hanya ada ketawa-ketiwi, senyum sana senyum sini..meski sebenernya kalo diperhatikan dengan seksama, akan sangat kurang ajar tabiat seperti itu. Bayangkan, itu gundhuL orang lho bro..GundhuL orang kok di tindihi pantat..bokong..yang notabene amat sangat dengan yang namanya silit.. Tau sendiri kan, silit itu untuk apa?? hiii..jijik khan bayangkannya. Huuh..emang kurang ajar yang namanya juragan tuh..tuwo dhewe ning ora rumangsa..mungkin demikian pikir orang-orang yang rela berada di bawah pantatku kala itu..tapi cuma kala itu..saat itu juga..dan itupun terucap langsung seketika itu..setelah itu ya sudah tidak ada dendam.. bahkan malah mampu bercerita ke orang-orang lain tentang peristiwa kala itu..lagi-lagi tetap diiring gelak tawa dan senyuman-senyuman kecut menggemaskan..
Lantas kira-kira apa yang bisa membuat teman-temanku rela menerima kekurang ajaranku??

AKU SUKA GOJEG KERE..

AKU KANGEN..
AKU CINTA TEMAN-TEMANKU..